Dampak krisis ekonomi global telah membuat semua indeks pasar
finansial dunia meradang mengikuti Wall Street. Korelasi yang tinggi antara
Wall Street melalui Dow Jones atau S&P Indes dengan indeks global memang
sangat signifikan dan tinggi. Hal itu berlaku baik saat normal maupun krisis.
Namun situasi fluktuatif dengan volatilitas yang tinggi di BEI diharapkan hanya
bersifat temporari saja. Volatilitas indeks pasar finansial tersebut
menggambarkan ketidakpastian ekonomi AS dan Eropa yang menimbulkan respon cepat
terkadang kepanikan investor global.
Indonesia
sempat mengalami kehancuran ekonomi yang selama ini telah dibangun melalui
sendi-sendi kebijakan orde baru mulai merangkak kembali menyusun fondasi
perekonomiannya. International Financial Corporation (IFC) mengkaitkan
klasifikasi bursa saham dengan klasifikasi negara. Jika negara tersebut masih
tergolong sebagai negara berkembang, maka pasar di negara tersebut juga dalam
tahap berkembang, meskipun bursa sahamnya berfungsi penuh dan diatur secara
baik.
Pasar modal berkembang dapat diidentifikasi melalui suatu negara, apakah negara
tersebut merupakan negara maju atau tergolong negara berkembang. Indikatornya
adalah pendapatan perkapita dari suatu negara, biasanya yang termasuk dalam
negara berpenghasilan rendah sampai menengah. Namun karakteristik yang paling
mencolok adalah dilihat nilai kapitalisasi pasarnya yaitu banyaknya perusahaan
yang tercatat, kumulatif volume perdagangan, keketatan peraturan pasar modal,
hingga kecanggihan dan kultur investor domestiknya.
Konsekuensi pasar modal berkembang adalah nilai kapitalisasi pasarnya yang kecil. Ukuran suatu kapitalisasi pasar biasanya dilihat dari rasio perbandingan dengan nilai produk domestik bruto suatu negara. Selain itu konsekuensi lainnya adalah terdapatnya volume transaksi perdagangan yang tipis (thin trading) yang disebabkan oleh ketidaksingkronan perdagangan (non-syncronous trading) di pasar. Perdagangan yang tidak singkron disebabkan oleh banyaknya sekuritas yang teracatat tidak seluruhnya diperdagangkan, artinya terdapat beberapa waktu tertentu dimana suatu sekuritas tidak terjadi transaksi (Hartono, 2003).
Indonesia yang sampai saat ini masih tercatat di IFC masih sebagai negara berkembang dengan iklim investasi terburuk di regional Asia Timur. Walaupun dengan catatan seperti itu, pada kenyataannya kita masih dilirik oleh investor asing. Kenyataannya bahwa terdapat perusahaan-perusahaan nasional dengan notabene berada di sektor strategis negara, ditawar oleh beberapa institusi asing melalui akuisisi saham. Terdapatnya aliran dana masuk sebagai investasi yang pada umumnya merupakan penanaman modal asing seharusnya bisa menjadi pendongkrak perekonomian secara makro
Konsekuensi pasar modal berkembang adalah nilai kapitalisasi pasarnya yang kecil. Ukuran suatu kapitalisasi pasar biasanya dilihat dari rasio perbandingan dengan nilai produk domestik bruto suatu negara. Selain itu konsekuensi lainnya adalah terdapatnya volume transaksi perdagangan yang tipis (thin trading) yang disebabkan oleh ketidaksingkronan perdagangan (non-syncronous trading) di pasar. Perdagangan yang tidak singkron disebabkan oleh banyaknya sekuritas yang teracatat tidak seluruhnya diperdagangkan, artinya terdapat beberapa waktu tertentu dimana suatu sekuritas tidak terjadi transaksi (Hartono, 2003).
Indonesia yang sampai saat ini masih tercatat di IFC masih sebagai negara berkembang dengan iklim investasi terburuk di regional Asia Timur. Walaupun dengan catatan seperti itu, pada kenyataannya kita masih dilirik oleh investor asing. Kenyataannya bahwa terdapat perusahaan-perusahaan nasional dengan notabene berada di sektor strategis negara, ditawar oleh beberapa institusi asing melalui akuisisi saham. Terdapatnya aliran dana masuk sebagai investasi yang pada umumnya merupakan penanaman modal asing seharusnya bisa menjadi pendongkrak perekonomian secara makro
Alasan utama investor
asing memindahkan dananya ke negara berkembang adalah karena negara berkembang
memiliki potensi-potensi usaha yang belum tergali seluruhnya, seperti pada
motif klasik investasi ke negara lain. Michael Fairbanks dan Stace Lindsay
konsultan senior pada Monitor Company mengemukakan tujuan investor asing datang
ke negara-negara miskin yaitu biasanya hanya melihat kesempatan untuk menarik
sumber daya alam , upah kerja murah dan sebagai sasaran produk atau jasa yang
tidak berkualitas bagus.
Namun terdapat alasan lain yang mendampingi motif tersebut, yaitu perbedaan yang mencolok dengan negara maju. Jika kita gunakan pendekatan daur hidup usaha maka negara berkembang masuk dalam kategori bertumbuh (growth) dibanding negara maju yang masuk dalam kategori matang (mature). Artinya bahwa terdapat daya tarik dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang tentu saja disertai oleh return yang tinggi pula, karena pertumbuhan ekonomi merupakan indikator agregat dari industri di suatu negara. Misalnya bisnis telekomunikasi selular di Indonesia yang tergarap secara padat baru di Pulau Jawa saja, sedangkan di luar itu masih berpotensi tinggi untuk dijadikan pangsa pasar baru
Namun terdapat alasan lain yang mendampingi motif tersebut, yaitu perbedaan yang mencolok dengan negara maju. Jika kita gunakan pendekatan daur hidup usaha maka negara berkembang masuk dalam kategori bertumbuh (growth) dibanding negara maju yang masuk dalam kategori matang (mature). Artinya bahwa terdapat daya tarik dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang tentu saja disertai oleh return yang tinggi pula, karena pertumbuhan ekonomi merupakan indikator agregat dari industri di suatu negara. Misalnya bisnis telekomunikasi selular di Indonesia yang tergarap secara padat baru di Pulau Jawa saja, sedangkan di luar itu masih berpotensi tinggi untuk dijadikan pangsa pasar baru
Dengan menggunakan 2 referensi sumber di atas, saya
menggarisbawahi beberapa hal terkait Emerging
Market:
1). Emerging
market adalah negara-negara yang belum dikatakan maju (Less developed
countries atau under developed countries) tetapi memiliki kondisi
perekonomian yang bagus (memiliki sistem keuangan yang stabil – baca tentang
stabilitas sistem keuangan di sini http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2014/11/13/bukan-sekedar-tugas-bank-indonesia-tunaikan-peran-terbaikmu-untuk-mewujudkan-stabilitas-sistem-keuangan-negara-691311.html).
2). Salah
satu kriteria yang dapat digunakan untuk menilai apakah suatu negara dapat
disebut emerging market adalah Level of income, dimana negara Emerging markets
memiliki level of income antara low sampai middle (source:
www.investopedia.com). Menurut world bank level of income dapat dibedakan
menjadi:

GDP Per
Capita Range
3). Level of
income saja tidak dapat menentukan apakah negara tersebut dapat dikategorikan sebagai
Emerging market atau bukan. Diperlukan pula indikator-indikator lain untuk
menentukan apakah suatu negara itu dikatakan Emerging Market.
a. Morgan
Stanley Capital International (MSCI), sebuah lembaga internasional yang
mengeluarkan rating Emerging market index, menggunakan indikator perkembangan
ekonomi, ukuran serta akses pasar dalam menentukan negara-negara yang termasuk
dalam negara emerging markets.
b. Pearson
education menyampaikan bahwa negara-negara Emerging market adalah negara-negara
yang mulai tumbuh tetapi pertumbuhannya belum mencapai tingkat kematangan
sebagaimana Negara-negara maju (seperti US dan negara-negara Eropa) dimana
negara-negara Emerging market masih berpotensi untuk mengalami ketidakstabilan
politik dan ekonomi.
c. Bagaimana
dengan Indonesia? Apakah juga dapat disebut negara Emerging market?
a. Pertama
mari kita lihat level of income Indonesia

GDP Per
Kapita Indonesia
Dari tabel di atas GDP per kapita
Indonesia pada tahun 2014 adalah sebesar USD 1810.31 sehingga sesuai dengan
tabel Level of Income pada poin 2 di atas Indonesia dapat dikategorikan sebagai
negara dengan pendapatan di level “Lower middle”.
b. Menurut
MSCI index:
Dengan menggunakan indikator
perkembangan ekonomi, ukuran serta akses pasar MSCI menentukan negara-negara
Emerging market sebagai berikut:

Kesimpulan :
Dampak krisis
ekonomi global telah memasuki pangsa pasar Indonesia. Indonesia yang sampai saat ini masih
tercatat di IFC masih sebagai negara berkembang dengan iklim investasi terburuk
di regional Asia Timur. Walaupun dengan catatan seperti itu, pada kenyataannya
kita masih dilirik oleh investor asing. Kenyataannya bahwa terdapat
perusahaan-perusahaan nasional dengan notabene berada di sektor strategis
negara, ditawar oleh beberapa institusi asing melalui akuisisi saham.
Terdapatnya aliran dana masuk sebagai investasi yang pada umumnya merupakan
penanaman modal asing seharusnya bisa menjadi pendongkrak perekonomian secara
makro.
Emerging
Market adalah Negara-negara yang belum dikatakan maju. Sebagai Emerging Market
Indonesia termasuk dalam level Lowwer Middle artinya menengah kebawah atau juga
bisa disebut sebagai berkembang. Dimana Indonesia harus banyak mendatangkan
investor asing. Alasan utama investor asing memindahkan dananya ke negara
berkembang adalah karena negara berkembang memiliki potensi-potensi usaha yang
belum tergali seluruhnya, seperti pada motif klasik investasi ke negara lain.
Michael Fairbanks dan Stace Lindsay konsultan senior pada Monitor Company
mengemukakan tujuan investor asing datang ke negara-negara miskin yaitu
biasanya hanya melihat kesempatan untuk menarik sumber daya alam , upah kerja
murah dan sebagai sasaran produk atau jasa yang tidak berkualitas bagus.
Saran :
Sebagai Negara yang
membutuhkan banyak investor masuk maka Negara Indonesia harus memperbanyak juga
sumber daya manusia yang berkualitas sehingga tidak dimaanfaatkan Negara lain
yang ingin menanamkan sahamnya. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas
pemerintah harus mengadakan pelatihan khusus dan masyarakatnya harus
berpendidikan. Agar masyarakat berpendidkan secara menyeluruh maka pemerintah
harus juga menggalang sekolah wajib sampai kuliah dan untuk tidak mampu bisa
mendapatkan dana dari orang kaya yang berlebihan dengan menaikan pajak yang
tinggi untuk orang-orang yang kaya sehingga pendidikan dapat dinikmati semua
kalangan dan sumber daya manusia di Indonesia menjadi berkualitas.
Sumber: